Kampar - Kurniawan harus menunggu selama 3 tahun agar rumahnya bisa teraliri listrik. Warga Kabupaten Kampar ini bersyukur akhirnya bisa mendapatkan listrik, tentu saja setelah membayar Rp 5 juta.
"Syukur Alhamdulilah, sudah lebih dari tiga tahun ingin punya listrik, sekarang sudah terpasang. Kita memang mayar Rp 5 juta sama orang PLN. Bagi saya tak masalah pak, malah bersyukur harganya hanya Rp 5 juta, malah ada kawan yang bayar sampai Rp 7 jutaan, punya saya ini sudah murah kok pak," kata A Kurniawan (26), Warda Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kab Kampar, dalam perbincangan dengan detikFinance, Kamis (12/5/2011).
Kurniawan mengaku, pembayaran Rp 5 juta tersebut dilakukan sekitar 3 bulan yang lalu dengan menggunakan kuitansi. Hanya saja kuitansi itu sendiri memang tidak menggunakan logo PLN.
"Kami bayar pakai kuitansi pak, memang nggak ada tulisan PLN-nya. Tapi, begitu kami bayar, besoknya meteran langsung dipasang ke rumah kami. Ya alhamdulilah lah, bisa cepat. Kalau lewat yang resmi-resmi, entah kapan akan dipasang PLN," kata Kurniawan dengan lugunya.
Masih menurut Kurniawan, dia juga mesti membayar uang rokok ke pihak Konsuil. Hal itu dilakukan karena sebelumnya dia sudah memasang instalasi di rumahnya, namun dianggap tidak sesuai standar, sehingga PLN meminta agar instalasi tersebut dibongkar lagi yang sesuai standar.
"Dari pada instalasi kita dibongkar, kita cukup bayar uang rokok saja dengan Konsuilnya. Dan kami juga ngasi uang rokok juga dengan orang PLN-nya karena sudah membantu listrik ke rumah kami," kata Kurniawan.
Saat dikonfirmasi mengenai bayaran hingga jutaan rupiah untuk pemasangan listrik tersebut, Manajer Ranting Bangkinang Ibukota Kab Kampar, Sofyan Hadi mengatakan, pihaknya dalam dua hari telah melakukan sosialisasi ke masyarakat setempat. Hal itu diperlukan, guna menghindari calo-calo yang selama ini membuat harga pemasangan listrik melambung harganya.
"Kemarin saya sosialisasi ke Kecamatan Tapung itu. Memang saya akui, saat sosialisasi malah ada warga ada yang menunjukan kuitansi sampai Rp 6 juta. Hanya saja kuitansi tersebut hanya kuitansi biasa. Sehingga kita susah untuk melacak siapa oknum yang bermain itu," kata Sofyan.
Menurut Sofyan, pihaknya kini langsung menjemput bola ke masyarakat agar mengajukan penyambungan listrik langsung ke PLN, bukan lewat calo. Malah dia mengaku, dengan turunkan tim PLN Ranting Bangkinang ke desa-desa, membuat sejumlah calo kebakaran jenggot.
"Yang membuat harga pemasangan itu mahal sebenarnya calo, bukan pihak PLN. Kedatangan kita jemput bola sampai ke desa-desa, sudah membuat para calo kebakaran jenggot. Saya sekarang banyak menerima protes dari oknum-oknum calo yang selama ini mungkin sudah menikmati dari masyarakat untuk penyambungan baru tersebut," bantah Sofyan.
Sofyan menyebut, apa yang terjadi di Kecamatan Tapung memang sangat komplek. Tidak hanya soal tingginya biaya pemasangan baru, namun ada oknum malah menjualan KWH ke masyarakat. Begitu juga adanya selebaran resmi ke rumah-rumah penduduk dari Balai Desa yang siap menyambung listrik ke rumah warga. Tarif yang disebutkan ke masyarakat pun nilainya jutaan rupiah.
"Jadi di daerah itu persoalan memang sangat runyam. Makanya kami turun ke sana untuk sosialisasi ke masyarakat. Saya sudah ingatkan ke calon pelanggan, jangan lagi menggunakan calo, tapi langsung saja mengurus ke PLN," kata Sofyan.
Namun demikian, Sofyan tidak menampik adanya isu oknum pegawai PLN yang menyambi menjadi calo. Pihaknya tetap berusaha untuk memantau adanya oknum PLN yang terlibat menjadi calo tersebut.
"Jauh hari kita sudah sosialisasi juga ke interen PLN agar dalam bekerja kawan-kawan jangan ikut serta menjadi calo. Kalau masih ada yang bermain, saya kurang tahu juga. Karena bagaimanapun tidak mungkin semua pergerakan pegawai PLN bisa kita pantau. Isu oknum menjadi calo selama ini memang ada. Tapi kalau terbukti, kita akan ambil tindakan tegas," kata Sofyan.
"Syukur Alhamdulilah, sudah lebih dari tiga tahun ingin punya listrik, sekarang sudah terpasang. Kita memang mayar Rp 5 juta sama orang PLN. Bagi saya tak masalah pak, malah bersyukur harganya hanya Rp 5 juta, malah ada kawan yang bayar sampai Rp 7 jutaan, punya saya ini sudah murah kok pak," kata A Kurniawan (26), Warda Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kab Kampar, dalam perbincangan dengan detikFinance, Kamis (12/5/2011).
Kurniawan mengaku, pembayaran Rp 5 juta tersebut dilakukan sekitar 3 bulan yang lalu dengan menggunakan kuitansi. Hanya saja kuitansi itu sendiri memang tidak menggunakan logo PLN.
"Kami bayar pakai kuitansi pak, memang nggak ada tulisan PLN-nya. Tapi, begitu kami bayar, besoknya meteran langsung dipasang ke rumah kami. Ya alhamdulilah lah, bisa cepat. Kalau lewat yang resmi-resmi, entah kapan akan dipasang PLN," kata Kurniawan dengan lugunya.
Masih menurut Kurniawan, dia juga mesti membayar uang rokok ke pihak Konsuil. Hal itu dilakukan karena sebelumnya dia sudah memasang instalasi di rumahnya, namun dianggap tidak sesuai standar, sehingga PLN meminta agar instalasi tersebut dibongkar lagi yang sesuai standar.
"Dari pada instalasi kita dibongkar, kita cukup bayar uang rokok saja dengan Konsuilnya. Dan kami juga ngasi uang rokok juga dengan orang PLN-nya karena sudah membantu listrik ke rumah kami," kata Kurniawan.
Saat dikonfirmasi mengenai bayaran hingga jutaan rupiah untuk pemasangan listrik tersebut, Manajer Ranting Bangkinang Ibukota Kab Kampar, Sofyan Hadi mengatakan, pihaknya dalam dua hari telah melakukan sosialisasi ke masyarakat setempat. Hal itu diperlukan, guna menghindari calo-calo yang selama ini membuat harga pemasangan listrik melambung harganya.
"Kemarin saya sosialisasi ke Kecamatan Tapung itu. Memang saya akui, saat sosialisasi malah ada warga ada yang menunjukan kuitansi sampai Rp 6 juta. Hanya saja kuitansi tersebut hanya kuitansi biasa. Sehingga kita susah untuk melacak siapa oknum yang bermain itu," kata Sofyan.
Menurut Sofyan, pihaknya kini langsung menjemput bola ke masyarakat agar mengajukan penyambungan listrik langsung ke PLN, bukan lewat calo. Malah dia mengaku, dengan turunkan tim PLN Ranting Bangkinang ke desa-desa, membuat sejumlah calo kebakaran jenggot.
"Yang membuat harga pemasangan itu mahal sebenarnya calo, bukan pihak PLN. Kedatangan kita jemput bola sampai ke desa-desa, sudah membuat para calo kebakaran jenggot. Saya sekarang banyak menerima protes dari oknum-oknum calo yang selama ini mungkin sudah menikmati dari masyarakat untuk penyambungan baru tersebut," bantah Sofyan.
Sofyan menyebut, apa yang terjadi di Kecamatan Tapung memang sangat komplek. Tidak hanya soal tingginya biaya pemasangan baru, namun ada oknum malah menjualan KWH ke masyarakat. Begitu juga adanya selebaran resmi ke rumah-rumah penduduk dari Balai Desa yang siap menyambung listrik ke rumah warga. Tarif yang disebutkan ke masyarakat pun nilainya jutaan rupiah.
"Jadi di daerah itu persoalan memang sangat runyam. Makanya kami turun ke sana untuk sosialisasi ke masyarakat. Saya sudah ingatkan ke calon pelanggan, jangan lagi menggunakan calo, tapi langsung saja mengurus ke PLN," kata Sofyan.
Namun demikian, Sofyan tidak menampik adanya isu oknum pegawai PLN yang menyambi menjadi calo. Pihaknya tetap berusaha untuk memantau adanya oknum PLN yang terlibat menjadi calo tersebut.
"Jauh hari kita sudah sosialisasi juga ke interen PLN agar dalam bekerja kawan-kawan jangan ikut serta menjadi calo. Kalau masih ada yang bermain, saya kurang tahu juga. Karena bagaimanapun tidak mungkin semua pergerakan pegawai PLN bisa kita pantau. Isu oknum menjadi calo selama ini memang ada. Tapi kalau terbukti, kita akan ambil tindakan tegas," kata Sofyan.
sumber : detik.com

0 comments:
Post a Comment